Portal Berita Islam Terpercaya

Selasa, 31 Januari 2017

Pemuda Ini Bantai Muslim Kanada Saat Shalat Isya dan Tidak Dianggap Teroris

Polisi Kanada belum menganggap Alexandre Bissonnette yang telah membunuh sejumlah muslim yang sedang shalat sebagai teroris.
Alexandre Bissonnette (img: facebook)

bersamaislam.com Quebec - Pihak berwenang Kanada telah menangkap seorang mahasiswa Kanada bernama Alexandre Bissonnette atas penembakan di sebuah masjid Kota Quebec yang menewaskan enam orang muslim. Aparat menduga tindakannya tersebut dipengaruhi oleh pola pikirnya yang cenderung memusuhi umat Islam di Kanada, namun belum melabelinya sebagai teroris.

Bissonnette menghadapi enam tuduhan pembunuhan tingkat pertama dan lima percobaan pembunuhan, namun ia belum didakwa dengan pelanggaran yang berkaitan dengan terorisme, walaupun serangan pada hari Minggu tersebut telah dikutuk oleh dunia. Bahkan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyebutnya sebagai terorisme terhadap Muslim.

Ketika aparat ditanya oleh sejumlah awak media pada hari Selasa (31/1) mengapa Bissonnette tidak menghadapi tuduhan terkait terorisme, Thomas Jacques, yang merupakan perwakilan dari kantor kejaksaan, menjawab buktinya tidak cukup.

"Tuduhan tersebut diputuskan sesuai dengan bukti yang ada," ujar Jacques.

Jaksa menambahkan bahwa semua bukti yang berkaitan belum siap dan tersangka yang merupakan mahasiswa antropologi dan ilmu politik di Universitas Laval tersebut ditetapkan untuk disidang kembali pada 21 Februari mendatang.

Pria berumur 27 tahun tersebut mengakui telah melakukan serangan di Islamic Center Quebec saat shalat Isya berjamaah pada hari Minggu (29/1).

Tersangka ditangkap di dalam mobilnya di sebuah jembatan sekitar 5 km sebelah timur dari pusat Kota Quebec. Saat itu ia menelepon 911 dan mengatakan ia ingin menyerahkan diri kepada polisi.

Seorang pengurus kelompok advokasi untuk pengungsi bernama Francois Deschamps mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa Bissonnette diketahui adalah orang yang sering memantau kelompok-kelompok ekstremis di kota Quebec.

Bissonnette pernah menyatakan dukungannya untuk Generasi Nationale, kelompok yang menolak multikulturalisme di profil Facebook-nya. Dia juga dikabarkan mendukung politisi partai kanan Perancis bernama Marine Le Pen yang terkenal sangat anti Islam.

"Dengan rasa sakit hati dan kemarahan ini kita belajar dari identitas teroris bernama Alexandre Bissonnette, yang dikenal oleh banyak aktivis di Quebec sebagai seorang yang nasionalis ternyata pendukung Le Pen yang sangat anti Islam di Universitas Laval dan di media sosial," tulis Deschamps di halaman Facebook Welcome to Refugees.

Pihak berwenang menyebutkan bahwa kejadian teror tersebut telah menyebabkan enam orang tewas dan 19 orang luka-luka. Dari lima korban yang dirawat di rumah sakit, dua diantaranya dalam kondisi kritis.

Kanada umumnya dikenal terbuka terhadap para imigran dan semua agama, namun sebuah provinsi yang mayoritas warganya berbahasa Perancis yaitu Quebec memiliki perdebatan panjang tentang ras dan keagamaan yang beragam.

Kejadian tersebut juga dianggap sejumlah warga adalah kelalaian dari pihak aparat untuk menjaga keamanan muslim yang merupakan minoritas. Masjid yang menjadi lokasi pembantaian tersebut ternyata pernah mendapat serangan Islamofobia pada tahun lalu yaitu dengan dilemparnya kepala babi di depan pintu mesjid dengan tulisan yang berbunyi, "bon appetit".

Menurut Haroun Bouazzi, Wakil Presiden kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Montreal AMAL Quebec, daftar tempat ibadah dan tempat bisnis milik Muslim di Quebec yang menjadi sasaran kebencian dalam tiga tahun terakhir ini terus bertambah.

"Masjid dibakar dan dirusak, sekolah dan toko daging halal ditembaki, tetapi dalam banyak kasus tersebut, polisi malah tidak melabeli kejahatan tersebut dengan motif kebencian," kata Bouazzi.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.